Kamis, 17 Januari 2008

tugas akhir

KESETARAAN GENDER MASA NABI SAW


Dalam melihat posisi wanita memang tidak bisa sepenuhnya melihat praktik Nabi Saw, meskipun ajaran Islam telah meningkatkan status wanita lebih mulia dan sejajar dengan kaum pria, namun pada praktiknya budaya lama ( pra islam ) masih cukup dominant di masyarakat Arab.

Namun pada praktik keseharian, Rosul bersama istri dan umat islam lainnya, bias dilihat sejauhmana Rosul dan umat islam berhasil menetapkan nash-nash Al-Qur’an dalam praktik kehidupan mereka sehari-hari dalam konteks gender.

Secara tekstual, islam telah melakukan suatu revolusi social dalam merubah pandangan terhadap keberadaan wanita yang semula hina dan makhluk yang kurang bernilai menjadi manusia mulia yang memiliki martabat sama dengan kaum pria, seperti :

  • Semula perempuan tidak mendapatkan hak waris dan kebendaan lainnya, karena dianggap tidak cakap untuk mempertahankan qabilah, kemudian secara bertahap Al-Qur’an memberikan hak-hak kebendaan ( waris ) tersebut kepada kaum wanita ( Qs. 4:12 )

  • Semula kaum pria bebas mengawini wanita sebagai istri tanpa batas, kemudian Al-Qur’an hanya mentolerir sampai 4 saja, itupun dengan kekecualian ( Qs. 4 : 3)

  • Semula wanita tidak boleh menjadi saksi, kemudian islam membolehkannya walaupun dalam berbagai kasusu masih di batasi atau berbanding dua dengan pria. ( Qs.2:228 ) dan ( Qs.4:34 )

  • Secara tekstual tidak ditemukan ayat atau hadits yang melarang kaum wanita untuk aktif dalam bidang kemasyarakatan atau politik, sebaliknya A-Qur’an mengisyaratkan kebolehan wanita untuk aktif dalam menekuni berbagai profesi di masyarakat. ( Qs.9:71 ) dan (Qs. 60:120 )

Di bidang ekonomi , banyak saudagar-saudafgar wanita yang sukses baik sebel;um islam maupun setelah islam. Istri Nabi Saw khadijah adalah seorang pedagang yang sukses, al-syifa seorang wanita karier ( sekretaris ) yang pernah ditugasi oleh khalifah Umar untuk menangani pasar kota madinah.

Karena pentingnya peran serta wanita dalam mendukung tugas-tigas suaminya, Aisyah pernah meriwayatkan suatu hadits ;

“ alat pemintal di tangan wanita lebih baik dari pada tombak di tangan kaum pria.” Dalam hadits lainnya Nabi Saw bersabda : “ sebaik-baiknya permaninan seorang wanita muslimah dalam rumahnya adalah memintal/menenun.”

Demikian pula dalam bidang pendidikan Al-Qur’an dan hadits telah benyak memberikan pujian kepada kaum wanita yang berprestasi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Didalam Al-Qur’an misalnya disebut nama Ratu Balqis ( yang kemudian menjadi istri Nabi Sulaiman ).

Berdasarkan teks Al-Qur’an dan hadits serta sejarah umat islam masa Nabi, maka sudah saatnya kaum hawa untuk tampil berprestasi, bersaing dengan kaum pria dalam hal kebaikan. Tentunya dengan cara-cara terpuji, seperti tetap menjaga harkat dan martabat kewabitaannya.

Minggu, 04 November 2007

syarat evaluator

SYARAT MENJADI EVALUATOR SEBAGAI BERIKUT:

  1. Mampu melaksanakan, adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
  2. Cermat, adalah mereka dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
  3. Objektif, adalah mereka tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.
  4. Sabar dan objektif, adalah agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrument, mengumpulkan data, dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
  5. Hati-hati dan bertanggung jawab, adalah melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung risiko atas segala kesalahannya.

Ada dua kemungkinan asal (dari mana) orang untuk dapat menjadi evaluator program ditinjau dari program yang akan dievaluasi. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut evaluator dapat dikalsifikasikan menjadi dua macam, yaitu evaluator dalam (internal evaluator) dan evaluasi luar (eksternal evaluator).

Internal Evaluator adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang dievaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari internal evaluator yaitu:

Kelebihan:

Pertama, Evaluator memahami betul program yang dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain evaluasi tepat pada sasaran. Kedua, Karena evaluator aalah orang dalam, pengambil keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.

Kekurangan:

Pertama, Adanya unsure sebjektifitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif. Kedua, Karena sudah memahami seluk beluk program, jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehinga kurang cermat.

Eksternal Evaluator adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. Mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri, maka tim evaluator luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

Kelebihan:

Pertama, Oleh karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka evaluator luar dapat bertindak secara objektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apa pun hasil evaluasi, tidak akan ada respons emosional dari evaluator karena tidak ada kepentingan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan kenyataan dan keadaan. Kedua, Seorang ahli yang dibayar biasanya akan memprtahankan kredibibilitas kemampuannya. Dengan begitu, evaluator akan bekerja secara serius dan hati-hati.

Kekurangan:

Pertama, Evaluator luar adalah orang baru yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dn mempelajari seluk-beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Kedua, Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.

Untuk menghasilkan evaluasi yang baik, maka petugas evaluasi harus berasal dari dalam dan luar program, yaitu gabungan antara orang-orang di dalam program digabung dengan orang-orang dari luar. Sedangkan perbedaan menonjol antara evaluator luar dengan evaluator dalam adalah adanya salah satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. Oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak-tahu menahu dan tidak berkepantingan dengan program, yang diasumsikan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi.

Selasa, 23 Oktober 2007

tugas resensi buku evaluasi

judul buku : menuju metodologi inkuiri naturalistik dalam evaluasi pendidikan.
oleh : Egon G. Guba
penerjemah : Prof. Drs. Sutan Zanti Arbi, M.A.,Ph.D

metodologi naturalistik sama sekali belum pernah diterangkan secara rinci. judul dari monograf ini, "menuju suatu Metodologi Inkuiri Naturalistik dalam evaluasi pendidikan ", telah dipilih dengan kekurangan itu dalam pikiran. tidak ada pretensi, bahwa apa yang telah dikatakan disini adalah definitif. tetapi bagi penulis memang tampaknya, bahwa inkuiri/naturalistik secara metodologis mempunyai dasar yang cukup kokoh untuk membenarkan suatu percobaan. pertanyaan-pertanyaan metodologi yang tidak tercegahkan dapat dijawab dengan cukup baik untuk membenarkan operasi-operasi yang cukup sehat dalam lapangan. metode itu sangat sesuai dengan penerapan-penerapan dalam evaluasi, terutama sebagaimana lapangan itu didefinisikan dengan model-model yang muncul. mungkin sulit untuk mempersuasi beberapa khalayak ( terutama mereka yang bersitegas akan evaluasi dampak yang didasarkan pada skor-skor tes ) untuk menerima prosedur-prosedur yang disarankan disini sebagai pengganti dari apa yang mereka mengerti adalah evaluasi. namun, nampak juga bahwa inkuiri naturalistik memberikan suatu cara yang sesuai dan responsif dari evaluasi daripada cara-cara lain yang dipraktekan dewasa ini. kelemahan yang dipunyai oleh buku ini adalah dari segi bahasanya, bahasa yang digunakan dalam buku ini sulit dimengerti dengan hanya satu kali baca.
Dr. Guba adalah Visiting Scholar yang menetap sementara di CSE selama musim panas 1977. program visiting scholar di CSE itu membawa ke center ini individu-individu yang terkenal yang dapat memberikan urunan yang besar untuk teori dan praktek evaluasi. monograf ini adalah suatu hasil yang tampak dari visiting scholar itu.

Senin, 01 Oktober 2007

tugas ke empat : jenis-jenis validitas

Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Dalam suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, maslah validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.
Mengingat pentingnya masalah validitas. Maka tidak mengherankan apabila Para Pakar telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam beberapa jenis, terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas, Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct, sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity. Berikut ini akan dikemukakan beberapa jenis validitas yaitu :
Validitas Rupa (Face validity). Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.
Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.
Validitas kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu : Validitas konkuren (Concurrent validity), Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.
Validitas konstruk (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.

Selasa, 25 September 2007

tugas ketiga

Nama Sekolah : SMP Negeri 11 Kelas : I

Alamat : jl.sempur no 46 bogor Semester : I

Nama Siswa : fadly fadilah Tahun pelajaran : 2004/2005

Nomor Induk : 04057164

No

Mata pelajaran

nilai

Catatan guru

1

Pendidikan agama

Pengetahuan

73

Tujuh puluh tiga

Baik

praktek

75

Tujuh puluh lima

baik

2

Pendidikan kewarganegaraan

Penguasaan konsep

73

Tujuh puluh tiga

Baik

praktek

70

Tujuh puluh

cukup

3

Bahasa dan sastra indonesia

Mendengarkan

70

Tujuh puluh

cukup

Berbicara

80

Delapan puluh

Baik

Membaca

80

Delapan puluh

Baik

Menulis

70

Tujuh puluh

cukup

Apresiasi sastra

75

Tujuh puluh lima

Baik

4

Bahasa Inggris

Mendengarkan

65

Enam puluh lima

cukup

Berbicara

65

Enam puluh lima

cukup

Membaca

65

Enam puluh lima

cukup

Menulis

65

Enam puluh lima

cukup

5

Matematika

Bilangan

67

Enam puluh tujuh

cukup

Aljabar

65

Enam puluh lima

cukup

Geometri dan pengukuran

Peluang&statistik

6

Pengetahuan alam

Penguasaan konsep

63

Enam puluh tiga

Cukup

Keterampilan sains

65

Enam puluh lima

cukup

7

Pengetahuan Sosial

Penguasaan konsep

77

Tujuh puluh tujuh

Baik

Keterampilan sosial

72

Tujuh puluh dua

Baik

8

Kesenian

Apresiasi

70

Tujuh puluh

Baik

Kreasi

71

Tujuh puluh satu

Baik

9

Pendidikan ja

Permainan dan olah raga

70

Tujuh puluh

Baik

Pengembangan

80

Delapan puluh

Baik

Uji diri dan senam

70

Tujuh puluh

Cukup

pilihan

75

Tujuh puluh lima

Baik

10

Keterampilan/

Teknologi Informasi dan komunikasi

pengetahuan

65

Enam puluh lima

Cukup

praktek

70

Tujuh puluh

cukup

11

Muatan local

a. bahasa sunda

60

Enam puluh

cukup

b. ……………..

c. ……………..

Kegiatan ekstrakurikuler

No

Jenis Kegiatan

Nilai

Keterangan

1.

……………………….

2.

……………………….

3.

……………………….

Ketidak hadiran

No

Alasan

Jumlah

Keterangan

1.

Sakit

5

2.

Izin

1

3.

Tanpa keterangan

3

PERILAKU

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

KEGIATAN BELAJAR PEMBIASAAN

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

Diberikan di : Bogor

Tanggal : 24-12-2004

Mengetahui, Wali Kelas

Orang Tua/Wali

(……………………) (…………………….)

Selasa, 18 September 2007

konsep adil,jujur dan bertanggung jawab dalam perspektif islam

Menurut Arikunto (1999: 290) "Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program". Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri, diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai, adakah factor lain yang mempengaruhi ketidakberhasil program tersebut.
Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagimana yang dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa ".evaluasi mempunyai satu tujuan utama yatu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting statusnya dala kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajara. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.

Proses evaluasi program pendidikan terdiri dari dua macam yaitu:

  1. proses penilaian

    dalam melakukan proses penilaian seorang tester harus melihat kepada beberapa sifat antara lain :

    a. adil

dalam surat An-nissa ayat 58 yang artinya “sesungguhnya Allah telah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu)apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran terbaik kepadamu.sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Adapun dalam perintah agar memutuskan hukum dengan adil diantara manusia, maka nash ini bersifat mutlakyang berarti meliputi keadilan yang menyeluruh diantara kaum muslim dan terhadap ahli kitab saja. Umat islam harus menegakan keadilan ini dalam memutuskan hukum diantara manusia apabila mereka memutuskan hukum didalam urusan mereka dengan keadilan yang sama sekali belum pernah dikenal oleh manusia kecuali hanya islam saja.

islam mengajarkan kita untuk berbuat adil, dalam melakukan sebuah eva luasi pun kita harus bersikap adil pada siapa pun.adil itu sendiri artinya menetapkan keputusan sesuai dengan kebutuhan dan porsinya masing-masing.

    b. jujur

        dijelaskan dalam surat at-taubah ayat 119 yang artinya “ hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang bbenar.” dalam ayat ini Allah SWT menunjukan seruannya dan memberikan bimbingan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Rosul -Nya agar mereka tetap dalam ketaqwaan serta mengharapkan ridho -Nya dengan cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya dan menjauhi segala larangan yang telah ditentukan-Nya. Dan hendaklah senantiasa bersama orang-orang yang benar dan jujur, mengikuti ketaqwaan, kebenaran dan kejujuran mereka.dalam melakukan evaluasi kita harus berlaku jujur dan tidak boleh melakukan manipulasi.

    c. bertanggung jawab

      dijelaskan pula dalam surat Al-zalzalah ayat 7-8 “barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)Nya,dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun,niscaya dia akan melihat balasan-Nya pula.” yang dimaksudkan disini adalah semua yang kita lakukan didunia pasti akan di minta pertanggung jawabannya sekecil apapun. jadi, dalam kehidupan kita sehari-hari kita harus dapat mempertanggung jawabkan apa-apa yang telah kita lakukan.

      2. proses pengukuran






Senin, 10 September 2007

tugas pertama

tati hilyati
104018200645
KI-MP VII A